News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Belajar cara menyambut Gerhana Matahari Total

Belajar cara menyambut Gerhana Matahari Total

Gerhana Matahari Total dan Cara Mengabadikannya
Gerhana Matahari Total dan Cara Mengabadikannya

 

Sebagian warga negara Republik Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa pada 11 Juni 1983, memiliki kenangan yang sama akan gerhana matahari total -- ketakutan.

Pemerintah Orde Baru, dipimpin Presiden Soeharto, ketika itu melarang warga untuk menyaksikan secara langsung fenomena alam yang terbilang langka ini. Menurut Kompas.com, kampanye besar-besaran untuk mencegah warga keluar rumah guna menyaksikan gerhana matahari total (GMT) itu sudah dimulai sejak Februari 1983.

Menteri Penerangan, saat itu dijabat Harmoko, tak henti-henti mempropagandakan bahaya gerhana matahari bagi manusia. Siapapun yang melihat, baik menatap matahari secara langsung maupun tidak langsung, bisa menjadi buta.

"Jangan sekali-sekali menatap gerhana. Kebutaan oleh gerhana matahari tak bisa disembuhkan," kata dr. Bambang Guntur, ahli penyakit mata Tim Evaluasi Panitia Gerhana Matahari Total 1983, seperti dikutip Tempo.co.

Kalaupun ingin melihat, menurut pemerintah, hanya ada satu cara yang aman, menonton siaran langsung di TVRI. Tidak pernah diungkap apakah juru kamera TVRI saat itu keluar ruangan untuk merekam video gerhana matahari, ataukah dia mengikuti titah presiden untuk diam di dalam ruangan.

Larangan dari pemerintah itu juga seakan menegaskan kebenaran berbagai mitos yang berkaitan dengan gerhana matahari total. Kisah yang paling populer adalah tentang Batara Kala yang menelan sang Surya.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, pun mengaku dibesarkan oleh mitos yang sama. Sang nenek, menurut pria yang besar di Cirebon itu, mengatakan GMT adalah peristiwa matahari yang dimakan raksasa.

"Karena itu nenek dan warga memukul-mukul pohon agar raksasa itu pergi," kata Thomas dalam wawancara dengan Beritagar.id beberapa waktu lalu.

Akibatnya, pada 11 Juni 1983 pukul 11:00 WIB, banyak warga di daerah yang dilintasi GMT --Yogyakarta, Semarang, Solo, Kudus, Madiun, Kediri, Surabaya, Makassar, Kendari, dan Papua-- justru melewatkan fenomena alam yang diperkirakan baru akan terjadi di Pulau Jawa lagi pada tahun 2100.

Padahal saat itu ilmuwan dan wisatawan asing justru berbondong datang ke Indonesia untuk menyaksikannya secara langsung. GMT ketika itu berlangsung selama lima menit dan dikatakan sebagai salah satu GMT terindah yang pernah terjadi.

Reaksi serupa berulang pada 18 Maret 1988 ketika GMT melintasi Bangka. Sejarawan Akhmad Elvian kepada Kompas.com bercerita saat itu mayoritas penduduk pulau tersebut lari ke hutan atau bersembunyi di kolong ranjang.

Pada Rabu, 9 Maret 2016, gerhana matahari total kembali menyambangi Nusantara. Warga di 12 provinsi bakal bisa menyaksikan peristiwa alam yang diperkirakan hanya akan melewati tempat yang sama sekali dalam 375 tahun itu.

Kini zaman semakin maju dan ilmu pengetahuan telah berkembang demikian pesat. Dengan semakin meratanya penyebaran ilmu, semakin banyak yang mulai paham tentang apa sebenarnya gerhana matahari itu.

Gabungan foto yang menunjukkan proses terjadinya gerhana matahari.
Gabungan foto yang menunjukkan proses terjadinya gerhana matahari. Haakon Mosvold Larsen /EPA

Melalui ilmu pengetahuan, manusia berhasil membuktikan bahwa tidak ada raksasa, Batara Kala, atau naga, yang terlibat dalam proses terjadinya gerhana matahari.

Peristiwa alam ini terjadi saat Bulan, yang berotasi mengelilingi Bumi, menghalangi sebagian atau seluruh sinar matahari sehingga bayangan Bulanlah yang sampai ke Bumi.

Ada dua jenis bayangan Bulan, yaitu umbra --bayangan inti bulan yang gelap-- dan penumbra --bayangan kabur yang tidak terlalu gelap. Daerah di Bumi yang kejatuhan umbra sama sekali tidak bisa melihat sinar matahari, sementara daerah yang hanya terkena penumbra masih bisa melihat sebagian sinar matahari.

Jarak antara Bumi dengan Bulan, serta sudut kemiringan orbitnya, ketika dalam posisi sejajar dengan Matahari, juga akan menentukan jenis gerhana yang terjadi.

Menurut para ilmuwan, ada empat jenis gerhana matahari yang bisa terjadi, yakni:

Gerhana matahari total (GMT). Saat Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam garis lurus dan jarak Bulan ke Bumi sedang dalam jarak terdekatnya, terjadilah GMT. Langit di wilayah yang dilintasi umbra bulan akan gelap seperti malam karena Matahari tertutup sepenuhnya, sementara daerah yang terkena penumbra akan mengalami gerhana matahari sebagian.

Gerhana matahari sebagian. Pada jenis gerhana ini, Bulan tampak seperti "menggigit" sebagian Matahari. Gerhana ini terjadi saat hanya penumbra yang mengenai Bumi.

Gerhana matahari cincin. Gerhana matahari cincin terjadi saat Bulan tepat berada di tengah Matahari, namun berada dalam jarak terjauh dari Bumi. Karena sedang dalam jarak terjauh itu, Bulan tampak lebih kecil sehingga tidak bisa menutupi seluruh Matahari dan ada cahaya yang lolos dari seluruh sisi Bulan.

Gerhana matahari hybrid. Jenis yang satu ini jarang sekali terjadi. Permukaan Bumi yang bulat membuat ada perbedaan jarak Bumi-Bulan jika dilihat dari lokasi yang berbeda di Bumi. Akibatnya, ketika gerhana jenis ini terjadi, orang di daerah tertentu akan menyaksikan gerhana matahari total, sementara di daerah lain justru melihat gerhana matahari cincin.

Menurut Fred Espenak, seorang ahli astrofisika dari Amerika Serikat, rata-rata terjadi 2,4 kali gerhana matahari dalam satu tahun.

"Gerhana matahari total terjadi sekali setiap satu atau dua tahun tetapi hanya terlihat pada kurang dari setengah persen permukaan Bumi," kata Espenak kepada ABC Science.

Benarkah melihat gerhana matahari bisa menyebabkan kebutaan?

Untuk yang satu ini, pemerintah Orba ada benarnya. Melihat Matahari dengan mata telanjang, baik saat ada gerhana maupun tidak, bisa menyebabkan kerusakan pada retina.

Sinar ultraviolet B (UV B) yang terkandung dalam sinar matahari, menurut dokter spesialis mata Agung Nugroho kepada Bisnis.com, bisa membakar macula pada retina dan berpotensi menyebabkan kebutaan.

Saat yang paling rawan bagi mata telanjang ketika gerhana matahari terjadi adalah ketika peralihan dari terang ke gelap dan kembali ke terang.

"Sinar yang dadakan seperti itu bisa membakar macula mata," kata Agung.

Oleh karena itu, ada cara tersendiri dan alat khusus agar bisa mengamati gerhana matahari dengan aman dan nyaman.

Berikut 4 tip untuk mengamati GMT dengan aman yang kami rangkum dari berbagai sumber:

1. Jangan menatap matahari secara langsung tanpa filter.

Penggunaan kacamata hitam, kacamata warna asap, filter polarisasi atau sebagainya juga dilarang. Tidak satu pun cara tersebut cukup kuat untuk melindungi mata Anda.

2. Gunakan filter matahari

Filter matahari biasanya tersedia pada kamera, teropong, dan teleskop. Adanya filter tersebut pada perangkat di atas sangat diperlukan, karena cahaya yang singkat pun dapat merusak penglihatan bahkan saat penutupan matahari juga masih dapat mengancam mata Anda.

3. Gunakan kacamata tukang las

Kacamata tukang las dengan tingkat kegelapan nomor 14 adalah salah satu filter yang paling terjangkau dan banyak tersedia. Anda dapat menggunakannya untuk melihat ke arah matahari. Kacamata tersebut harus sepenuhnya menutupi mata Anda di sepanjang waktu penelitian. Filter seperti itu juga dapat ditambahkan ke bagian depan objektif teropong Anda.

4. Buat alat proyektor lubang jarum

Seperti halnya metode pantulan, cara sederhana dan aman yang bisa digunakan oleh orang untuk melihat gerhana matahari adalah dengan memproyeksikannya pada sebuah lubang jarum (pin hole).

Proyeksikan pancaran gerhana Matahari pada lubang jarum, melalui sebuah mediasi kertas atau alat lainnya sehingga sebuah pantulan gerhana Matahari bisa terlihat dengan aman.

Anda bisa membaca cara membuat lubang jarum ini di laman National Geographic Indonesia.

Sejumlah siswa mengerjakan rangka kepala naga yang akan digelar pada festival budaya sebagai rangkaian acara Gerhana Matahari Total (GMT) di bengkel SMK Negeri 7 Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (25/2).
Sejumlah siswa mengerjakan rangka kepala naga yang akan digelar pada festival budaya sebagai rangkaian acara Gerhana Matahari Total (GMT) di bengkel SMK Negeri 7 Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (25/2). Feny Selly /Antara

Gerhana matahari total (GMT) pada 2016 ini adalah yang ke-10 yang terjadi di wilayah Indonesia sejak 1901.

Karena mitos sudah terpatahkan dan perlengkapan untuk menyaksikan GMT secara langsung sudah mudah didapatkan, tak perlu lagi kita bersembunyi ketika ia terjadi.

Pemerintah pun kini malah mendorong warga untuk berbondong menyaksikan peristiwa langka ini. Selain warga sendiri, pemerintah juga mengincar wisatawan asing untuk datang melihat sendiri GMT di Indonesia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, seperti dikutip JPNN, menyatakan mengincar sekitar 100.000 turis mancanegara dan 5,1 juta turis domestik untuk datang ke daerah-daerah yang berada di jalur GMT 2016. Perputaran uang diperkirakan bisa mencapai Rp5 triliun.

"Indonesia adalah satu-satunya negara yang bisa mengamati fenomena GMT 2016 dari daratan. GMT ini hadir 350 tahun sekali. Karena itu, dari sisi promosi pariwisata, tema ini sangat seksi. Itu terbukti, sejak akhir tahun 2015 lalu sudah kami promosikan di banyak negara, dan hasilnya sangat signifikan," kata Arief Yahya.

GMT 2016 bisa disaksikan oleh warga di 12 provinsi dan beberapa kota di Indonesia, antara lain seperti yang tercantum dalam salindia di bawah ini:

(Catatan: Salindia berikut akan tampil optimal dengan peramban Chrome)

Kementerian Pariwisata juga sudah bekerja sama dengan perusahaan pariwisata untuk membuat paket-paket wisata gerhana. Kemasannya dalam bentuk historical, education, astromical research, photography tourism dan traveling. Dua belas provinsi yang dilewati gerhana juga sudah menyiapkan atraksi kesenian daerah khusus untuk wisatawan.

Sumatera Selatan misalnya mempersiapkan acara, seperti glowing night run, ritual komunitas supranatural, pertunjukan budaya, lomba foto internasional, pertunjukan barongsai sepanjang 30 meter, dan pelepasan lampion.

Bangka Belitung menggelar seminar pariwisata, Belitung Photography TripBelitung Ultra Beach RunBelitung Lantern Run, pameran foto dan film, seni instalasi, serta menyaksikan GMT secara massal di Pantai Terentang.

Pemerintah Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara pun telah menyiapkan berbagai acara serta lokasi terbaik untuk menyaksikan GMT 2016 di daerah masing-masing.

Beberapa tokoh ternama di dunia pun dikabarkan bakal datang ke Indonesia untuk menyaksikan GMT 2016, seperti Sergey Brin (salah satu pendiri Google) dan putri Kerajaan Thailand, Maha Chakri Sirindhorn.

Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah memastikan akan menyaksikan GMT 2016 di Palu, sekaligus meresmikan Tugu Gerhana Matahari Total yang dibangun di ibukota Sulawesi Tengah itu.

Jadi, jika berkesempatan, tidak ada alasan untuk tidak menyaksikan gerhana matahari total tahun ini karena GMT berikutnya baru akan terjadi di Indonesia pada 2023 dan 2042 pada jalur yang tentunya berbeda.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar